Profil LMI
Profil Liga Muslim
Indonesia
Sesungguhnya Allah
SWT, dengan segala Rahmat, Keperkasaan dan Kekuasaan-Nya atas Rencana dan
Tujuan diciptakannya alam semesta ini, berkehendak agar Anak Adam hidup di
dalam kemuliaan. Dibedakannya kejadian Anak Adam dengan kejadian
makhluk-makhluk-Nya yang lain, dan dikaruniakan-Nya Anak Adam dengan nurani,
akal budi dan intuisi agar Anak Adam dapat meraih derajat tertinggi harkat
insaninya melalui peniruan kepada atribut-atribut Ruhani-Nya. Semua ini di
tetapkan oleh-Nya agar Anak Adam mampu memikul amanah sebagai khalifah-Nya di
muka bumi, guna menabur rahmat bagi sekalian alam.
Untuk memenuhi Iradah-Nya itu, Allah SWT menurunkan Petunjuk-Nya berupa Al-Kitab, melalui para utusan-Nya yang terpercaya, yaitu para Nabi dan Rasul, dari Adam AS hingga Muhammad SAW, dengan kitab-Nya yang paling akhir dan paripurna, yakni Al-Qur’an. Dalam praksisnya, kedua unsur ini saling melengkapi; kitab berperan konstruktif dalam merefleksikan kedalaman spiritual, keluhuran moral dan kecemerlangan intelektual yang dibutuhkan manusia dalam kesaharian hidupnya, sedangkan Nabi sendiri adalah personifikasi ideal nilai-nilai agung kamanusian yang terkandung di dalam Al-Kitab, baik dalam kapasitasnya sebagai hamba-Nya, sebagai khalifah-Nya maupun sebagai penabur rahmat bagi sekalian alam.
Nilai-nilai agung kemanusian telah diteladankan olehNabi Muhammad SAW tatkala beliau memimpin sebuah komunitas plural yang menjadi cikal bakal civil society, yakni “Al-Madinah Al-Munawwarah” yang merupakan tonggak-tonggak monumental sekaligus parameter ideal masyarakat beradab sepanjang masa.Keberpihakannya kepada kaum yang lemah dan tertindas; komitmennya kepada keadilan,persamaan, dan persaudaraan; kesungguhannyadalam menegakkan wibawa dan supremasi hukum; kepeduliannya akan nasib kaum perempuan;kecintaannya kepada ilmu dan peradaban demi sebesar-besar kemaslahatan ummat; dan yang terpenting keberhasilannya dalam menegakan pilar-pilar kemanusian semata-mata dimungkinkan oleh kepiawaiannya dalam menaklukan hati baik para sekutu maupun seterunya, bukan dengan pedang dan tetesan darah – adalah factum et datum historicum(fakta dan data sejarah) yang tak terbantahkan.
Walaupun pribadi Nabi Muhammad SAW kini telah tiada, namun keberlanjutan misi dan peran sosial kenabiannya pantang mengenal kata henti, karena misi suci mewujudkan persamaan, persaudaraan, kebebasan, dan keadilan serta pembebasan manusia dari segala bentuk dan jenis perbudakan tetap menjadi tugas dan tanggungjawab bagi setiap individu muslim yang sadar, tak terkecuali Ummat Islam Bangsa Indonesia.
Untuk memenuhi Iradah-Nya itu, Allah SWT menurunkan Petunjuk-Nya berupa Al-Kitab, melalui para utusan-Nya yang terpercaya, yaitu para Nabi dan Rasul, dari Adam AS hingga Muhammad SAW, dengan kitab-Nya yang paling akhir dan paripurna, yakni Al-Qur’an. Dalam praksisnya, kedua unsur ini saling melengkapi; kitab berperan konstruktif dalam merefleksikan kedalaman spiritual, keluhuran moral dan kecemerlangan intelektual yang dibutuhkan manusia dalam kesaharian hidupnya, sedangkan Nabi sendiri adalah personifikasi ideal nilai-nilai agung kamanusian yang terkandung di dalam Al-Kitab, baik dalam kapasitasnya sebagai hamba-Nya, sebagai khalifah-Nya maupun sebagai penabur rahmat bagi sekalian alam.
Nilai-nilai agung kemanusian telah diteladankan olehNabi Muhammad SAW tatkala beliau memimpin sebuah komunitas plural yang menjadi cikal bakal civil society, yakni “Al-Madinah Al-Munawwarah” yang merupakan tonggak-tonggak monumental sekaligus parameter ideal masyarakat beradab sepanjang masa.Keberpihakannya kepada kaum yang lemah dan tertindas; komitmennya kepada keadilan,persamaan, dan persaudaraan; kesungguhannyadalam menegakkan wibawa dan supremasi hukum; kepeduliannya akan nasib kaum perempuan;kecintaannya kepada ilmu dan peradaban demi sebesar-besar kemaslahatan ummat; dan yang terpenting keberhasilannya dalam menegakan pilar-pilar kemanusian semata-mata dimungkinkan oleh kepiawaiannya dalam menaklukan hati baik para sekutu maupun seterunya, bukan dengan pedang dan tetesan darah – adalah factum et datum historicum(fakta dan data sejarah) yang tak terbantahkan.
Walaupun pribadi Nabi Muhammad SAW kini telah tiada, namun keberlanjutan misi dan peran sosial kenabiannya pantang mengenal kata henti, karena misi suci mewujudkan persamaan, persaudaraan, kebebasan, dan keadilan serta pembebasan manusia dari segala bentuk dan jenis perbudakan tetap menjadi tugas dan tanggungjawab bagi setiap individu muslim yang sadar, tak terkecuali Ummat Islam Bangsa Indonesia.